Membaca dua berita dibawah ini sungguh menggelikan, tapi harus diakui bahwa inilah kinerja pemerintah (DKP) dalam menangani perikanan. Disatu sisi pemerintah pusat mengatakan bahwa kita kekurangan produksi ikan patin sehingga harus megimpor ikan patin. Sementara di Jambi, pemeritah daerah menyebutkan Jambi sejak tahun 2008 sudah kelebihan Ikan Patin dan kesulitan pemasaran. Bahkan hasil riset saya sendiri di wilayah Kalimantan Tengah, pada tahun 2007-2008 juga mengalami kelimpahan produksi ikan patin di tingkat pembudidaya ikan. Kenapa pemerintah kita lebih senang mengimpor ikan patin daripada menampung dan memasarkan hasil budidaya ikan nasional ?
Suhana
Kontak : 081310858708
Berita 1. Indonesia Masih Impor Ikan Patin dan Kembung
By Republika Newsroom
Selasa, 23 Juni 2009 pukul 15:50:00
YOGYAKARTA -- Budidaya ikan lele dan ikan patin di Indonesia dinilai masih cukup prospektif. Pasalnya hingga saat ini untuk memenuhi konsumsi dalam negeri pemerintah masih impor ikan Patin 1.300 Ton/tahun dari Vietnam.
''Karenanya harus mulai dipikirkan sejak sekarang bagaimana budidaya ikan tawar baik patin maupun lainnya di Indonesia,'' tandas Martani Husaini, Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Departemen kelautan dan Perikanan (DKP) pada acara //catfish day// di Yogyakarta, Selasa kemarin.
Menurutnya, untuk memenuhi konsumsi ikan tawar dalam negeri, Indonesia masih tergantung impor dari beberapa negara tertangga seperti Vietnam untuk ikan Patin dan Pakistan untuk Ikan Kembung. Dengan kenyataan ini maka budidaya ikan air tawar dalam negeri sebenarnya cukup menjanjikan.
Untuk itulah, guna mendorong tumbuhnya budidaya perikanan darat, DKP dalam kesempatan tersebut memberikan bantuan sebesar Rp 1,8 miliar untuk 49 kelompok petani ikan air tawar di DI Yogyakarta. Dana itu diharapkan dapat membantu petani meningkatkan produksi ikan budidaya yang tengah dijalankan.
Martani menambahkan melihat kecenderungan atau trend dunia ada penurunan tangkapan ikan laut secara global. Mengantisipasi kondisi tersebut, kebutuhan masyarakat akan protein yang banyak terkandung dalam ikan disubtitusi dari hasil perikanan budidaya.
"Besarnya pasar ikan patin di dunia, tak boleh terlewat. Targetnya di tahun 2020 kalau bisa kebutuhan konsumsi dalam negeri bisa terpenuhi," tegasnya.
Dicontohkan, keberhasilan petani Vietnam dalam budidaya ikan patin, mulai diadopsi oleh petani ikan provinsi Jambi setelah mereka melakukan kunjungan ke negeri tersebut . Caranya dengan meniru cara petani di Vietnam yang memanfaatkan sungai Mekong untuk budidaya.
"Saya kira, hal serupa juga bisa diterapkan di daerah lain. Provinsi Jawa Tengah punya Bengawan Solo, di Yogyakarta ada Code, Selokan Mataram dan sungai lain seperti Mahakam di Kalimantan Timur, bisa dimanfaatkan untuk budidaya ikan patin," kata Martani Husaini. yli/ahi
Berita 2. Petani Keramba Ikan Patin Kesulitan Pemasaran
Jambi, Batak Pos, Senin, 2009 Maret 23
Ratusan petani ikan keramba jenis Patin Jambi mengeluhkan sulitnya pemasaran hasil budidaya ikan mereka. PT.Manggalindo, satu-satunya perusahaan procesing ikan Patin Jambi tidak mampu menampung hasil panen petani ikan keramba tersebut.
Bahkan kini petani keramba ikan patin Jambi mengalihkan jenis ikan keramba ke ikan Nila dan ikan mas. Hal itu dilakukan karena sulitnya memasarkan ikan patin di Jambi. Selain kesulitan pemasaran, harga juga kurang menguntungkan petani.
Ketua Kelompok Tani Desa Lopak Aur, Muarojambi, Amin, kepada Batak Pos, Kamis (18/3) mengatakan, produksi budidaya petani ikan keramba kini mulai resah akibat tidak adanya pemasaran yang jelas. Para petani meminta agar perusahaan PT Manggalindo menampung seluruh hasil panen petani.
“Perusahaan itu menjual paken ikan ratusan ton setiap minggunya. Mereka menjanjikan akan menampung hasil panen ikan keramba petani. Namun, panen raya Juli lalu, tidak semuanya ditampung dengan alasan kesulitan mengekspor ikan patin dengan alasan jalan kurang memadai,”katanya.
Menurut Amin, produksi petani keramba di Desa Lopak Aur mencapai puluhan ton per keramba. Sementara panen raya sekali dalam enam bulan dengan jumlah keramba 50 unit keramba. Bahkan penambahan keramba tahun 2008 lalu mencapai 400 unit keramba.
Bantauan program budidaya ikan patin Jambi dari Dinas Perikanan dan Kelauatan (DKP) Provinsi Jambi akan sia-sia karena tidak menguntungkan petani. Bahkan kini petani mulai meninggalkan keramba ikan di Sungai Batanghari dan beralih ke ikan tambak.
Menanggapi keluhan petani keramba Lopak Aur, Anggota DPRD Provinsi Jambi, Ir Sjafril Alamsyah mengakatan, proses pelaksanaan budidaya ikan keramba sudah menyimpang dari jalur.
“Seharusnya pihak eksekutif dari awal memikirkan pemasaran hasil produksi ikan keramba tersebut. Sehingga hasil panen keramba langsung terdistribusi sehingga petani tidak merugi. Kita minta eksekutif menyikapi keluhan masyarakat tersebut,”katanya.
Menurutnya, sebaiknya Pemerintah Provinsi Jambi mengalihkan program budidaya ikan patin Jambi ke ikan nila atau ikan mas. Karena jenis ikan tersebut lebih mendapat pangsa pasar di Jambi serta menguntungkan petani ikan. ruk
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Saatnya Mewujudkan Negara Kepulauan Indonesia
"UUD 1945 Pasal 25E telah mengamantkan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan undang-undang"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar